Pernah gak sih, kamu diramal oleh seseorang??
Jawabnya mungkin hampir semua orang pernah..
Entah kenapa, tetapi setiap kali saya bepergian ke luar daerah, selalu bertemu dengan orang yang gak jauh jauh dari dunia ramal meramal. Sampai-sampai saya berpikir, apa memang Tuhan sudah menggariskan demikian, ya..
Tapi gak muna lah, adakalanya kita ngerasa tersugesti juga. Cuman kalo menurut pendapat saya sih, yang namanya ramalan itu buat asyik-asyikkan aja. Yg bagus diamin -in, yg jelek gak usah percaya...
Okey, sampai saat ini, kira kira saya sudah pernah diramal mungkin... hmmm... krg lbh sebanyak 50 kali.. Ada yg namanya mbah Paijem, mbah Semin, Pak Sastro, Pak Bondan (maaf, jika ada kesamaan nama dan sifat. ini semua hanya fiktif belaka ;), n so on, n so on.. Yang intinya gak jauh jauh dari jodoh, karir dan masa depan. Dari kesemua ramalan itu tadi, menurut saya kok tidak ada yang mendekati kebeneran absolut, alias ngibul... Tetap dengan menggunakan asas praduga tak bersalah. Dan rasio peluang terjadinya itu 0,01.
Tapi.. sampai saat ini, saya mempunyai keyakinan/kepercayaan yang cukup besar terhadap satu peramal berikut ini. Yaitu JOYOBOYO. Nama Raja Jayabaya (lebih dikenal dengan sebutan Prabu Joyoboyo), demikian melegenda terutama di kalangan rakyat Jawa. Dalam sejarahnya nih, beliau adalah seorang raja yang memerintah Kerajaan Kediri pada sektiar athun 1.130 - 1.160. Ia adalah seorang keturunan langsung Prabu Airlangga, penguasa tertinggi Kerajaan Kahuripan yang memerintah antara tahun 1.019 - 1.042. Raja Jayabaya bergelar Cri Maharaja Cri Dharmmecwara Madhusudanawataranindita Surtsinha Parakrama Digjayotunggadewa. (busyeeet dah, panjang banget namanya... satu RT dipake smuaaaa).. Ia adalah putra Raja Kameswara dengan garwa padmi (permaisuri) Cri Kirana, seroang putri yang luar biasa cantiknya dan berasal dari Jenggala. Dalam cerita rakyat dan kesusteraan Jawa, romantika cinta, keindahan dan ketabahan pasangan ini dalam menjalani cobaan hidup terkenal dalam cerita Raden Panji Inukertapati dan Dewi Galuh Candra Kirana. Mpu Darmaja sampai-sampai menggubah syair Smaradahana untuk melukiskan betapa romantisnya kasih sayang pasangan raja - prameswari yang kemudian dikaruniai putra Jayabaya itu.
Terlepas dari sejarah asal muasal Joyoboyo, secara garis besar bagian akhir dari ramalan Jayabaya yang ramai dibicarakan orang sekarang mengekspresikan periode penting dalam sejarah Indonesia, yakni zaman penjajahan, zaman kemerdekaan, zaman orde baru dan zaman yang akan datang...
Dalam beberapa bait, secara jelas juga terkespresikan kondisi saat ini :
banjir bandang ana ngendi-endi ( banjir bandang di mana-mana)
gunung njeblug tan anjarwani (gunung meletus tidak dinyana-nyana)
tan angimpeni (tidak ada isyarat dahulu)
gehting kepathi-pati marang (benci tidak terperikan terhadap pendeta bertapa_
pandhita kang oleh pati geni (tanpa makan dan tidur)
maraga wedi kapiyak wadine (karena takut bakal terbongkar rahasianya
sapa sing sayekti (siapa anda sebenarnya)
akeh wong ngutamake royal ( banyak orang mengutamakan konsumerisme)
lali kamanungsane, lali kebecikane (lupa akan kemanusiaan, lupa akan kebaikan)
lali sanak lali kadang (lupa sanak saudara)
akeh anak mundhung biyung (banyak anak mengusir ibunya)
sedulur padha cidra (antara saudara saling berbohong)
keluarga padha curiga (antara keluarga saling mencurigai)
kanca dadi mungsuh (kawan menjadi musuh)
manungsa lali asale (manusia lupa akan asal-usulnya)
ukuman ratu ora adil (hukuman raja tidak adil)
akeh pangkat jahat jahil (banyak yang berpangkat, jahat dan jahil)
kelakuan padha ganjil (tingkah lakunya tidak pantas)
sing apik padha kepencil (yang baik terkucil)
akarya apik manungsa isin (berbuat baik malah malu)
luwih utama ngapusi (lebih mengutamakan menipu)
wanita nglamar pria (wantia melamar pria)
isih bayi padha mbayi (masih bayi sudah beranak)
sing pria padha ngasorake drajate dhewe (kaum pria merendahkan derajatnya sendiri)